Yoedhoro mengatakan ia juga tak merasa harus berkompetisi untuk mendapatkan promosi jabatan atau kenaikan pangkat. Oleh sebab itu dia nyaman dengan keseharian sebagai pengajar taruna di Akpol, dan menurutnya sifat kerasnya cocok untuk mendidik dan membentuk mental para taruna.
“Saya walaupun di Lemdiklat, bukan berarti makan gaji buta. Semua penugasan pasti dilakukan dengan maksimal dan tidak menghindar.
Kalau sekarang saya di wilayah, nanti merugikan institusi (bila muncul citra polisi pemarah), walaupun di Akpol juga saya mungkin lebih temperamen sama taruna,” jelas dosen kepolisian madya tingkat III Akpol ini.
Baca juga: Polisi Bawa Ibu dan Anak ke Sekolah Gegara Kendaraannya Mogok
“Taruna saya perlakukan sama, walaupun anak jenderal, anak teman. Ya pasti ada rasa nggak enak, tapi (nilainya) nggak kita katrol-katrol. Kalau anaknya nggak lolos, yasudah, walaupun kita dimusuhi. Ini lembaga pendidikan, benteng terakhirnya Polri,” lanjut dia.
Yoedhoro kembali menjelaskan mengajar adalah hal yang membuatnya nyaman. Karena selain mendapat gaji, dia juga mendapat honor mengajar.
“Gaji dan honor mengajar menurut saya cukup kalau kita bersyukur. Di situ saya menyadari hikmah ikut PTIK karena bisa mengajar,” tutur dia.